Warga Korea Selatan Jadikan Batu Sebagai Teman Curhat

Warga Korea Selatan Jadikan Batu Sebagai Teman Curhat

Thu, 02 May 2024Posted by Admin

Korea Selatan sedang mengalami fenomena kesepian dan tingkat stres yang tinggi di antara warganya. Salah satu cara yang unik ditemui untuk mengatasi kesepian adalah dengan memelihara batu dan menjadikannya sebagai teman curhat.

Menurut The Wall Street Journal, tingkat stres yang tinggi di Korea Selatan disebabkan oleh berbagai faktor, seperti pendidikan yang sangat kompetitif, budaya kerja yang keras, dan tekanan sosial yang besar. Sebagai respons terhadap kesepian dan kelelahan yang meluas di masyarakat Korea Selatan, tren yang tidak biasa muncul di mana orang-orang mulai memelihara batu sebagai cara untuk mengurangi kesepian.

Jiyoung Sohn dari WSJ berbicara dengan kaum milenial yang beralih ke batu sebagai teman curhat untuk membantu mereka melewati masa-masa sulit dalam karier mereka. Seorang wanita bernama Koo Ah-young (33) mengungkapkan bahwa dia merasa kesepian dan lelah setelah memulai pekerjaan kantor baru di Seoul, tetapi dia tidak memiliki siapa pun untuk diajak bicara. Dia tidak ingin membuat teman-teman dan keluarganya khawatir, namun dia juga merasa bahwa memelihara hewan peliharaan merupakan tanggung jawab yang terlalu berat.

Beberapa warga Korea Selatan bahkan memamerkan batu peliharaan mereka di platform seperti TikTok. Business Insider melaporkan bahwa batu-batu ini telah ditinjau dengan baik dan dijual di situs e-commerce Coupang Korea Selatan dengan harga sekitar Rp 150 ribu.

Fenomena ini mungkin terkait dengan peningkatan jumlah rumah tangga yang hanya dihuni oleh satu orang. Menurut laporan Kementerian Dalam Negeri dan Keamanan Korea Selatan pada bulan Desember 2023, jumlah rumah tangga dengan satu orang meningkat dari 9,72 juta pada tahun 2022 menjadi 9,93 juta pada tahun 2023.

Masalah kesepian dan kelelahan di kalangan anak muda di Korea Selatan telah menjadi perhatian sebelumnya. Menurut Kementerian Kesetaraan Gender dan Keluarga Korea Selatan, sekitar 3,1 persen warga Korea berusia antara 19 dan 39 tahun dianggap sebagai "kaum muda yang penyendiri." Faktor-faktor seperti kesulitan keuangan, masalah kesehatan mental, dan tekanan dari pekerjaan dapat berkontribusi pada kesepian ini.

Korea Selatan juga memiliki sejarah dalam masalah jam kerja berlebihan. Pada Maret 2023, pemerintah mencoba untuk meningkatkan jam kerja menjadi 69 jam seminggu, namun rencana ini menuai protes dari generasi Milenial, Gen Z, dan serikat pekerja. Menurut data dari Organisasi untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan, Korea Selatan adalah negara di Asia yang paling banyak melakukan lembur dan negara kelima di dunia dalam hal jam kerja yang berlebihan pada tahun 2022.