China Sebut Media Bungkam Soal Kematian 23 Orang Di Norwegia Usai Divaksin Pfizer

China Sebut Media Bungkam Soal Kematian 23 Orang Di Norwegia Usai Divaksin Pfizer

Mon, 18 Jan 2021Posted by Admin

Melalui tulisan editorial dari Global Times pada Sabtu (16/1/21), media pemerintah China sebut semua pihak bungkam soal kematian 23 orang di Norwegia usai diberi vaksin Covid-19 dari Pfizer. 13 dari 23 orang yang meninggal adalah pasien di rumah jompo. Pejabat setempat mengatakan mereka meninggal karena efek samping vaksin.

"Reaksi umum terhadap vaksin termasuk demam dan mual, yang mungkin menyebabkan hasil yang fatal untuk beberapa pasien yang lemah," kata dokter kepala Norwegian Medicines Agency (NOMA), Sigurd Hortemo.

Temuan ini membuat Norwegia mengambil kesimpulan jika penggunaan vaksin Covid-19 terhadap lansia terlalu berisiko. Pihak Pfizer dan BioNTech pun sedang bekerja sama dengan pihak pemerintah Norwegia untuk meneliti kasus tersebut.

"Jumlah insiden sejauh ini belum mengkhawatirkan dan masih sesuai ekspektasi," tulis Pfizer dalam keterangannya di Bloomberg, Minggu (17/1/21).

Pihak China menyebutkan, 23 orang tewas dari 25 ribu orang yang divaksin Pfizer adalah angka yang besar. Sebaliknya, mereka menuding efikasi vaksin Sinovac yang rendah di Brasil justru dibesar-besarkan. Media barat pun dituduh lebih mempromosikan Pfizer, namun kontra terhadap Sinovac.

Apakah tuduhan pihak China ini benar?

Dikutip dari laman detik, media asing yang besar seperti New York Post telah memberitakan kasus kematian di Norwegia. Media sekelas Bloomberg bahkan juga memberitakan kasus kematian nakes di Florida usai disuntik vaksin Covid-19 dari Pfizer. Jadi tampaknya, tudingan China cukup berlebihan. Namun dari kasus ini, publik bisa memahami adanya persaingan ketat antar produsen vaksin dunia.

China mengandalkan vaksin yang dilemahkan. Sementara Pfizer memakai mRNA, rekayasa protein yang menjadi jurus baru. China mengklaim metode vaksin dilemahkan lebih teruji karena sudah dilakukan sejak lama. Sedangkan mRNA baru pertama kali dicoba untuk vaksin. Meski begitu, efikasi vaksin Sinovac yang hanya 50,4% di Brasil tentu menjadi pertanyaan.