Bakar Batu Di Maluku Tenggara

Bakar Batu Di Maluku Tenggara

Fri, 30 Aug 2019Posted by Admin

Tradisi tidak selamanya identik dengan ritual, melainkan juga dekat hubungannya dengan acara kumpul bersama. Salah satunya ada di Desa Letvuan, Maluku Tenggara yang berhasil ditelusuri oleh Tim TRANS7 Jejak Anak Negeri episode Jumat 30 Agustus 2019. Tradisi ini dikenal dengan tradisi bakar batu.

Sama seperti namanya, tradisi ini memang merupakan acara membakar batu sebagai media untuk memasak makanan. Bakar batu biasanya dilakukan saat ada upacara kelahiran, pernikahan, penobatan kepala suku dan untuk merayakan masa panen. Tradisi ini tidak hanya dilakukan di Maluku Tenggara saja, hampir seluruh masyarakat Indonesia bagian timur pun melakukannya. Perbedaannya hanya pada penyebutan nama tradisinya saja.

Baca juga: Tradisi Pelepasan Arwah Dari Desa Kringa

Dalam prosesi bakar batu diperlukan kerjasama masyarakat yang tinggi. Pertama, bapak-bapak bertugas untuk mencari daun ngaf dan membersihkannya. Tugas selanjutnya adalah menyiapkan batu dan bahan-bahan pembakarnya.

Sementara bapak-bapak sedang bekerja, ibu-ibu bertugas untuk menyiapkan bahan yang akan dimasak. Mulai dari ubi-ubian, pepaya, ikan, cumi dan embal.

Embal adalah singkong beracun yang umum tumbuh di Maluku Tenggara. Walaupun beracun, masyarakat memiliki cara mengolah sendiri sehingga aman dikonsumsi.

Baca juga: Tradisi Lamaran Ala Sikka, Flores

Daun pisang ditata di atas batu-batu yang telah menjadi bara dan kemudian dilapisi dengan daun ngaf yang sudah dibersihkan. Kemudian bahan-bahan makanan yang sudah disiapkan para ibu ditata di atasnya dan ditutup hingga rapat. Agar matang dengan sempurna, setelah tertutup dengan daun ngaf hingga rapat, tumpukan tersebut di kubur dengan tanah. Proses memasak yang masih amat tradisional ini membutuhkan waktu sekitar 3 sampai 5 jam.

Sembari menunggu, para ibu membuat makanan pendamping yang dikenal dengan embal tuli. Masih dengan bahan dasar yang sama, embal dan ikan. Namun, pada makanan satu ini kedua bahan tersebut ditaruh di dalam bambu dan ditutup dengan daun pepaya. Cara memasaknya pun hanya dibakar. Tradisi ini terus dilakukan karena dapat merekatkan hubungan masyarakat desa karena perlu gotong royong dalam menyelesaikan setiap pekerjaan sampai makanan ini dapat disantap.

Jejak Anak Negeri tayang setiap hari Jumat pukul 14.15 WIB.