Indonesia Alami Resesi Lagi Untuk Pertama Kalinya Sejak 22 Tahun

Indonesia Alami Resesi Lagi Untuk Pertama Kalinya Sejak 22 Tahun

Fri, 06 Nov 2020Posted by Admin

Indonesia resmi jatuh ke dalam lubang resesi untuk pertama kalinya semenjak 22 tahun karena pandemi Covid-19 yang terus memakan korban. Badan Pusat Statistika (BPS) mengumumkan pertumbuhan ekonomi pada kuartel III 2020 minus 3,49%. Menyusul penurunan 5,32% pada kuartal II tahun 2020, hal tersebut telah mendorong Indonesia ke dalam resesi.

Terakhir kali Indonesia mengalami resesi adalah pada saat krisis keuangan Asia tahun 1998. Sebanyak 3,5 juta masyarakat Indonesia diperkirakan akan kehilangan pekerjaannya akibat penurunan ekonomi yang disebabkan virus ini. Indonesia sendiri termasuk ke dalam wilayah yang memiliki tingkat penularan tinggi di Asia Tenggara.

Sementara sektor pertanian merupakan komponen utama perekonomian, Indonesia sangat bergantung pada sektor pariwisata dari turis. Jutaan turis asing terbang ke Bali setiap tahunnya untuk berlibur di pantai dan menikmati pesona yang disuguhkannya. Namun, jumlah tersebut menurun secara tajam sejak Indonesia memberlakukan penutupan perbatasannya untuk mereka yang bukan penduduk Indonesia. Hal ini juga diberlakukan berbagai negara untuk mencegah penyebaran virus.

Penurunan 3,49% pertumbuhan ekonomi yang terjadi selama Juli-September sedikit lebih buruk sebab ekonom memperkirakannya 3%. Jakarta sebagai ibukota negara memberlakukan Penerapan Sosisal Berskala Besar (PSBB) kedua selama empat minggu mulai pertengahan September seiring dengan meningkatnya kasus positif.

Seorang Ekonom UI bernama Fithra Faisal menilai pertumbuhan yang terjdi relative lambat meskipun Indonesia telah berhasil melewati fase terburuk dan mulai menunjukkan pertumbuhan positif.

Menurutnya lambat karena pertumbuhan kuartel sebelumnya tidak sesuai dengan proyeksi pemerintah yaitu maksimal terkontraski sebesar 2,9%. Ia mengatakan kunci pemulihannya adalah dengan pemerintah berhasil meyakinkan masyarakat mengeluarkan uang mereka dari tabungan.

Bank ANZ juga menuliskan meskipun Indonesia telah melewati titik terlemahnya dalam penurunan pertumbuhan ekonomi ini, Indonesia diperdiksi akan tetap berada di bawah tekanan karena penyebaran virus yang belum terkendali.

Pemerintah Indonesia telah berjanji untuk mempercapat laju pengeluaran untuk melawan dampak pandemi dan segera mendorong Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia kembali tumbuh normal.

Hal ini mulai terlihat dari pertumbuhan yang terjadi pada beberapa sektor. Kepala BPS Suhariyanto mengatakan pertumbuhan paling tinggi adalah sektor transportasi dan pergudangan yaitu 24,28% dari yang sebelumnya minus 29,18%. Kondisi serupa terlihat juga pada sektor akomodasi, makanan, dan minuman yang menguat menjadi 14,79% dari yang sebelumnya jatuh pada minus 22,31%.

Pencapaian serupa juga terlihat kalau PDB dilihat dari pengeluaran. Sebanyak lima komponen dari 6 komponen pengeluaran telah tumbuh positif. Tertinggi adalah komponen konsumsi pemerintah sebesar 16,93% karena didorong realisasi belanja APBN. Sedangkan konsumsi rumah tangga naik positif menjadi 4,70%. Begitu juga dengan ekspor yang perlahan pulih tumbuh menjadi 12,14%. Disamping itu, hanya impor yang terlihat masih lesu yaitu minus 0,08%, namun angka itu lebih baik dari sebelumnya yang minus 14,18%.