Pemeran Hantu Dalam Film KKN Desa Penari Dibayar Hanya 75 Ribu Dengan Riasan Menempel 24 Jam

Pemeran Hantu Dalam Film KKN Desa Penari Dibayar Hanya 75 Ribu Dengan Riasan Menempel 24 Jam

Fri, 20 May 2022Posted by Admin

Siapa yang tidak tahu akan kesuksesan film KKN di Desa Penari yang ternyata menyisakan sisi lain cerita. Salah satunya figuran pemeran hantu yang berada di Dusun Ngluweng Kalurahan Ngleri Kapanewon Playen, Gunungkidul.

Film diangkat dari thread Twitter yang cukup terkenal. Hingga kini, film yang dibintangi Tissa Biani, Adinda Thomas, Aghniny Haque, Calvin Jeremy, dan Aulia Sarah sukses meraih lebih dari 7 juta penonton.

Tempat itulah yang menjadi lokasi syuting film KKN di Desa Penari. Dimana ada sekitar 50 orang menjadi figuran hantu. 

Setelah film ini dirilis, beberapa fakta yang ada di dalamnya pun mulai terkuak. Salah satunya adalah ternyata ada pemeran hantu figuran yang ternyata hanya dibayar Rp75 ribu saja. Tentu, fakta tersebut membuat netizen Indonesia terheran-heran.

Salah satu pemeran hantu bernama Subardo. Lelaki 51 tahun itu mengungkapkan dibayar Rp 75.000 untuk sekali pengambilan gambar.

Subardo harus berjuang sehari semalam. Sebab make up yang menutup wajahnya tidak boleh dihapus dalam 24 jam. Ia curhat mengenai pengalaman syuting sebagai hantu di film KKN di Desa Penari. Tampil dengan durasi pendek di film, Subardo harus melakukan persiapan yang cukup melelahkan.

“Saya itu didapuk (diminta) jadi hantu. Ternyata capek ikut syuting itu,” kata Subardo.

Bukan tanpa alasan, ini bertujuan agar make up yang dipakai tidak luntur.  "Kasihan yang make up-nya separuh wajah, honornya sama tapi lebih susah," ujarnya.

Perjuangan Subardo menjadi hantu tidak berhenti sampai di situ. Saat syuting, ia tidak boleh mengedipkan mata apalagi memejamkannya. Jika hal itu dilakukan, maka syuting harus diulang. Termasuk saat ada gerakan kecil di luar arahan, pengambilan gambar diambil kembali.

Subardo mengalami kelelahan karena untuk muncul di film itu, ia diharuskan untuk tidak menghapus make up yang menempel di wajahnya selama 24 jam. Sembari menunggu gilirannya untuk syuting, Subardo mengaku harus menunggu di dalam bus dengan AC yang terus menyala, agar make upnya tidak luntur.

“Ketika menunggu giliran syuting, saya dan puluhan orang lainnya harus berada di dalam bus dengan AC tetap hidup,” paparnya.

Selain Subardo, anggota keluarga lainnya juga ikut andil dalam film yang mencetak sejarah Indonesia tersebut.

Dua mertuanya dan sang ayah berperan menjadi hantu. Sementara sang ibu sebagai nenek yang menjemur kain di salah satu rumah warga.

“Mertua saya saja sampai perutnya sakit. Katanya masuk angin, cuma ketika dilihat secara mistis ternyata karena gangguan makhluk halus penunggu sendang. Beliau sampai meminta bantuan orang pintar untuk menyembuhkannya,” ujar Subardo.