Keunikan Banyuwangi

Keunikan Banyuwangi

Wed, 24 Apr 2019Posted by Admin

Tidak lengkap bila membahas Indonesia tidak kekayaan budaya dan alamnya. Alam Indonesia tidak hanya indah namun juga amat bermanfaat bagi manusia. Kekayaan Indonesia yang direkam oleh Tim TRANS7 kali ini berasal dari Banyuwangi, surga di ujung Pulau Jawa dalam program Jejak Petualang episode 24 April 2019.

Banyuwangi terkenal akan produksi kopinya yang enak, kopi lanang namanya. Sebetulnya kopi lanang Banyuwangi ini tidak tumbuh begitu saja. Berdasarkan penelusuran Tim TRANS7, kopi lanang Banyuwangi ini mulai ditanam sejak masa kolonial di Kaliklatak, Gombengsari. Awalnya, masyarakat hanya menanam benih kopi lanang di halaman rumah mereka. Namun kemudian mereka mulai menanam dalam jumlah banyak hingga akhirnya berbentuk kebun sendiri.  Tidak hanya kopi lanang, di Banyuwangi juga terkenal akan kopi luwak-nya. Kopi luwak yang Banyuwangi hasilkan berasal dari luwak liar sehingga lebih enak dan cenderung lebih mahal.

Baca juga: Kekayaan Toba Samosir, Petualangan Olahraga Ekstrim Downhill

Kopi lanang Banyuwangi berjenis kopi robusta. Kopi lanang yang merupakan varian unggulan dari kopi Banyuwangi sebetulnya berasal dari pembuahan yang tidak sempurna. Biji kopi lanang hanya dapat ditemukan sekitar 15% dari keseluruhan ladang. Keunikannya ini lah yang menjadi ciri khas tersendiri. Kafein yang terkandung dalam kopi lanang ternyata 2,1% lebih tinggi dari kopi pada umumnya sehingga rasa dan aromanya lebih kuat.

Selain daripada hasil kopinya yang berjenis kopi lanang dan kopi luwak, Banyuwangi juga terkenal akan kebudayaan lokalnya yang masih terjaga. Salah satunya adalah Desa Kemiren dimana Suku Osing tinggal. Suku Osing maish menjaga tradisi dan kehidupannya masih tidak jauh berbeda dari zaman dahulu.

Suku Osing sendiri berasal dari masyarakat Blambangan yang masih tersisa. Budaya di suku ini amat berbeda dengan suku Jawa lainnya atau bahkan Bali. Hal-hal yang masih dipertahankan sampai sekarang berupa rumah tinggal, kebiasaan dan tradisi. Salah satu tradisinya adalah barong Kemiren atau barong Banyuwangi. Tarian barong ini melambangkan adanya hajatan besar di Suku Osing dan merupakan satu dari kesenian sakral.

Baca juga: Petualangan Di Atas Jeram Dengan Perahu Karet, A Minute With: Finda Andrian

Berbeda dengan kesenian barong Kemiren, ada pula kesenian lain yang bernama Othek. Kesenian ini berangkat dari kebiasaan ibu-ibu Suku Osing masa lampau yaitu menumbuk dengan lesung. Bunyi-bunyian dari lesung ini lah yang kemudian dikombinasikan dengan lagu. Lagu yang dimainkan pun berasal dari aktivitas sehari-hari ibu-ibu, mulai dari menumbuk, memasak, pergi ke pasar dan sebagainya. Dahulu, kesenian satu ini hanya akan dimainkan setelah musim panen dan ketika ada hajatan, namun kini kesenian ini sebagai penyambut tamu.

Suku Osing juga masih mempertahankan makanan adatnya bernama pecel pitik atau pecel ayam. Pecel satu ini dekat hubungannya dengan ritual adat seperti bersih desa atau selamatan. Yang unik dari pembuatan pecel ini adalah si pemasak tidak boleh mencicipinya terlebih dahulu. Mencicipi makanan yang akan digunakan untuk ritual dinilai kurang sopan. Budaya, tradisi, bentuk rumah dan makanan semuanya dipertahankan oleh Suku Osing sebagai daya tarik turis.

Jejak Petualang tayang setiap hari Selasa dan Rabu pukul 14.30 WIB.