Kemanakah Menkes Terawan?

Kemanakah Menkes Terawan?

Thu, 01 Oct 2020Posted by Admin

Nama Menteri Kesehatan (Menkes) Terawan Agus Putranto ramai dibicarakan di media sosial setelah Mata Najwa mengunggah tayangan menampilkan wawancara Najwa Shihab (Nana) dengan ‘bangku kosong’. Kursi tersebut ditujukan kepada Menkes Terawan setelah berulang kali tidak memenuhi undangan Mata Najwa. Dalam tayangan tersebut, Nana melontarkan beberapa pertanyaan yang juga merupakan pertanyaan publik. Salah satunya mempertanyakan kemanakah sosok Menkes Terawan selama masa pandemi Covid-19 ini.

Baca juga: Pemerintah Berencana Ciptakan Herd Immunity Dengan Vaksin Covid-19

Diketahui, sebagai seorang menteri kesehatan, Terawan cenderung hampir tidak pernah memunculkan diri di publik dan bicara tentang strateginya dalam mengatasi Covid-19. Beberapa pekan lalu ketika Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan Bencana dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menerapkan kembali PSBB, beliau yang disebut akan hadir dan bicara, ternyata absen kembali. Dilansir dari CNN Indonesia, seringkali pula tim CNN Indonesia pulang dari kantor Menkes Terawan dengan tangan kosong.

Menteri-menteri kesehatan di negara lain mengundurkan diri karena dianggap tidak mumpuni dalam menjalankan tugas di tengah pandemi ini. Termasuk di Selandia Baru, negara yang dipuji dengan manajemen pandemi terbaik. Nana pun menanyakan kesiapan Menkes Terawan untuk melakukan hal serupa. Mengenai hal ini, jika melihat Pasal 17 UUD 1945 dan UU Kementerian Negara, seorang menteri diangkat dan diberhentikan oleh presiden. Sehingga, walaupun publik menilai kinerjanya buruk, jika presiden ingin terus mempertahankannya maka tidak masalah.

Berbeda dengan pandangan publik, Wakil Ketua Komisi Melki Laka Lena mengatakan kinerja Kementerian Kesehatan sudah optimal. Walau begitu, beliau memberikan kritik terhadap Menkes Terawan karena lemahnya komunikasi di publik. Menurutnya, hal tersebut lah yang membuat kerja Menkes dan Kemenkes seorang tertutup dengan lembaga lain.

Adapun menurut Netty Heryawan permasalahan ini berakar dari kurangnya kepemimpinan transformatif yang mampu mengharmonisasikan semua perangkat. Kewenangan yang seharusnya menjadi milik Kemenkes, diberikan kepada pihak lain. Fokus pun sementara lebih jatuh pada ekonomi dan anggaran yang dimiliki Kemenkes terbilang kecil dengan proses pencairan yang sulit. Dialog Najwa yang viral tersebut kemudian menimbuklan pro dan kontra. Beberapa beranggapan bahwa pertanyaan mereka terwakilkan oleh Nana dan sudah seharusnya Menkes Terawan kerap hasil membahas perkembangan Covid-19. Beberapa lainnya menganggap ‘bangku kosong’ tersebut adalah bentuk bullying.

Terkait bullying, dilansir dari detik.com, Psikolog Klinis Kasandra Putranto mengatakan bahwa suatu hal dapat dikatakan bullying apabila menimbulkan tekanan psikologis. "Dalam hal ini yang terpenting adalah bagaimana reaksi dan respons dari bapak Menteri Terawan selaku orang yang paling terkena oleh perilaku ini, yang bisa disebut sebagai korban langsung," jelas Kasandra. Hingga saat ini, respons yang diberikan oleh Menkes Terawan hanyalah meminta masyarakat untuk menunggu. “Tunggu tanggal mainnya ya”, ucapnya (29/9).

Tercatat jumlah angka kasus positif Covid-19 di Indonesia dalam bulan September ini bertambah 112.212 kasus. Dengan ini, September adalah bulan dengan angka peningkatan tertinggi sepanjang pandemi Covid-19 di Indonesia. Disisi lain, angka kesembuhan juga terus merangkak tinggi. Tercatat, bulan September ini ada 88.988 pasien yang sembuh. Sementara di bulan Agustus lalu hanya 60.052.