BPS Catat Ada 10 Juta Jiwa Gen Z Yang Menjadi Pengangguran Di Indonesia!

BPS Catat Ada 10 Juta Jiwa Gen Z Yang Menjadi Pengangguran Di Indonesia!

Mon, 20 May 2024Posted by Admin

Aktivitas pendidikan dan bekerja dianggap sebagai kegiatan produktif karena memberikan nilai tambah secara ekonomi. Dengan bekerja, pemuda dapat memperoleh upah atau pendapatan, sedangkan menempuh pendidikan diharapkan akan meningkatkan penghasilan saat bekerja, sesuai dengan asumsi dasar teori Human Capital.

Namun, pemuda yang tidak bersekolah dan tidak bekerja dianggap tidak produktif karena potensinya tidak diberdayakan. Hal ini tercermin dalam indikator Sustainable Development Goals (SDGs) yang mengukur persentase usia muda (15-24 tahun) yang tidak sekolah, tidak bekerja, dan tidak mengikuti pelatihan (NEET).

Menurut laporan Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2023, sekitar 9,9 juta penduduk usia muda di Indonesia tidak aktif secara pendidikan, pekerjaan, atau pelatihan, dengan persentase NEET mencapai 22,25% dari total penduduk usia 15-24 tahun secara nasional.

Gen Z, yang sekarang berusia 12-27 tahun, merupakan mayoritas dari penduduk NEET. Faktor-faktor seperti putus asa, disabilitas, kurangnya akses transportasi dan pendidikan, keterbatasan finansial, dan kewajiban rumah tangga menjadi alasan utama anak muda masuk ke dalam kategori NEET.

BPS juga mencatat bahwa lebih banyak perempuan muda yang tergolong NEET, dengan proporsi 26,54% dari total penduduk perempuan usia 15-24 tahun, kemungkinan karena keterlibatan dalam pekerjaan rumah tangga yang menghalangi kesempatan untuk pendidikan atau keterampilan kerja

Penduduk NEET cenderung lebih banyak di perdesaan (24,79%) dibandingkan perkotaan (20,40%), dan termasuk dalam kategori ini adalah pemuda yang menganggur, baik yang sedang mencari pekerjaan maupun yang tidak aktif secara keseluruhan di pasar kerja.

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pemuda mencapai 13,41% berdasarkan hasil Sakernas Agustus 2023, menunjukkan bahwa sekitar 13 dari 100 pemuda yang masuk dalam angkatan kerja tidak terserap dalam pasar kerja.

Meskipun kondisi perekonomian Indonesia membaik pasca pandemi Covid-19, TPT pemuda tetap lebih tinggi daripada TPT semua kelompok umur dan konsisten setiap tahun, menandakan rendahnya daya saing pemuda di pasar kerja sebagai salah satu penyebab tingginya TPT pemuda.