Banyak Negara Muslim Teringgal, Ini Sebabnya Menurut Ma'ruf Amin

Banyak Negara Muslim Teringgal, Ini Sebabnya Menurut Ma'ruf Amin

Mon, 05 Apr 2021Posted by Admin

Pada saat Webinar Nasional 2021 yang digelar oleh IKADI dan BNPT yang bertemakan Peran Da'i Dalam Deradikalisasi Paham Keagamaan di Indonesia. Wakil Presiden Ma'ruf Amin menyebut salah satu akibat banyaknya negara berpenduduk muslim mengalami ketertinggalan di berbagai bidang adalah  pola pikir sempit yang dianut masyarakat atau bahkan da'i yang harusnya menjadi panutan para umat.

Ia mengingatkan agar para da'i bisa tetap meneladani cara pikir Rasul yang memang berpikiran terbuka dan moderat. Sebab jika hanya berpegang pada cara pikir sempit justru bisa menghambat dan kontra produktif terhadap upaya membangun kembali peradaban Islam.

​​"Hal itulah (berpikir sempit) yang menjadi salah satu penyebab mengapa banyak negara berpenduduk muslim masih mengalami ketertinggalan dalam bidang ekonomi, pendidikan, iptek dan bidang lainnya," kata Ma'ruf Amin saat menyampaikan sambutannya, Minggu (4/4).

Ma'ruf Amin tak menampik saat ini banyak tantangan yang mesti dihadapi para da'i. Tantangan itu bersifat kompleks lantaran semakin banyaknya masalah yang juga muncul.

Baca Juga : Ini Deretan Mobil Yang Bebas PPnBM Tapi Naik Harga

Persoalan dan tantangan itu kata Ma'ruf Amin, menyangkut persoalan politik, ekonomi, sosial, budaya, hukum dan keamanan bahkan persoalan yang menyangkut pemahaman agama itu sendiri.

Oleh karena itu, menurut dia saat ini mestinya semua umat islam terutama para da'i bisa meneladani Nabi Muhammad SAW yang selalu mengedepankan pola pemikiran terbuka.

Menurut Ma'ruf, cara berpikir adalah kunci utama dari maju atau mundurnya sebuah peradaban. Tentunya kata dia, cara berpikir yang diajarkan Rasul adalah pemikiran terbuka, dinamis, moderat namun tetap dalam koridor dan tidak ekstrim.​​​​​​

 

"Cara berpikir yang wasathy bukanlah cara pandang atau cara berpikir yang eksklusif dan sempit serta tidak terbuka terhadap perubahan," kata Ma'ruf.

Dia pun mengingatkan agar para da'i bisa meneladani cara berpikir Rasul dan tidak ikut dalam arus berpikir sempit, seperti fenomena yang muncul belakangan ini.

Salah satu contoh pola pokir sempit kata Ma'ruf berkaitan dengan ketidakpercayaan soal munculnya pandemi covid-19. Bahkan pola pikir sempit juga kata dia percaya pada teori-teori konspirasi tanpa mencoba untuk memahami fenomena dengan akal sehat melalui ilmu pengetahuan.

​​​​​​"Cara berpikir sempit juga merupakan salah satu penyebab munculnya sifat egosentris, tidak menghargai perbedaan pendapat serta tidak mau berdialog," kata dia.

Tak hanya itu, pola pikir sempit ini menurut Ma'ruf bisa melahirkan pola pikir yang menyimpang dari arus utama atau bahkan menjadi radikal sehingga dapat menjurus pada penggunaan kekerasan dalam menyelesaikan masalah.

"Contoh paling aktual dari cara berfikir radikal terorisme yang menyimpang itu adalah peristiwa bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar pada tanggal 28 Maret 2021," kata dia.

Tindakan itu tentu menurut Ma'ruf sangat tidak sesuai dengan ajaran islam. Sebab islam tidak mengajarkan kekerasan dan pemaksaan kehendak (ikrahiyyan) di dalam dakwahnya dan juga dalam memperjuangkan aspirasi melawan ketidakadilan.

"Sebaliknya, Islam justru mengajarkan cara-cara yang santun (layyinan), dan dilakukan dengan cara-cara nasihat yang baik (mau'izhah hasanah), serta berdialog dengan cara-cara yang terbaik (mujadalah billati hiya ahsan)," katanya.
​​​